• Beranda
  • Self Help
  • Tips Menghadapi Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang Dapat Menyebabkan Stres

Tips Menghadapi Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang Dapat Menyebabkan Stres

Tips Menghadapi Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang Dapat Menyebabkan Stres

Bagikan :


Istilah unik FOMO (Fear of Missing Out) adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004 untuk menggambarkan fenomena yang muncul di situs jejaring sosial. Pada tahun 2013 bahkan akronim yang merujuk pada arti kehilangan ini, resmi ditambahkan ke kamus Oxford. 

Sekilas mengenai FOMO

FOMO (Fear of Missing Out), melibatkan dua proses, yaitu persepsi kehilangan dan perilaku kompulsif untuk mempertahankan hubungan sosial tersebut.

Takut kehilangan dalam FOMO mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani hidup yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik daripada Anda. Hal ini melibatkan rasa iri mendalam yang berkembang di dalam diri dan mempengaruhi harga diri, yang diperparah dengan kehadiran media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan lain sebagainya.

Saat persepsi kehilangan itu dibangun di dalam diri, alih-alih menutup gawai, Anda justru semakin mengikuti semua postingan teman tersebut. Akibatnya, Anda justru semakin membanding-bandingkan diri dengan orang lain, merasa diri tidak cukup baik, merasa tidak cukup beruntung dalam hidup, dan selalu kekurangan.

Menurut artikel yang diterbitkan Computers and Human Behavior seiring berkembangnya media sosial, terciptalah tren baru terkait FOMO. FOMO dikaitkan dengan peningkatan penggunaan media sosial yang intensif dan suasana hati serta kepuasan hidup yang lebih rendah, di mana semakin diri tidak merasa puas akan hidup, justru semakin tinggi keterlibatan orang tesebut dengan media sosial. Hal ini dapat berarti bahwa FOMO dan kebiasaan media sosial telah berkontribusi banyak pada siklus negatif yang semakin mengabadikan diri.

Selain meningkatkan perasaan tidak bahagia, FOMO juga dapat menyebabkan keterlibatan lebih besar dalam perilaku tidak sehat, misalnya gangguan konsentrasi dalam mengemudi yang dalam beberapa kasus bisa mematikan.

Tidak mudah untuk menghindari fenomena FOMO, terutama bila media sosial menjadi salah satu bagian di dalam hidup dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Namun, bagaimana cara menghadapi fenomena FOMO ini?

Mengakui kekurangan diri

Menurut Anxiety & Depression Association of America, salah satu hal yang efektif untuk menghadapi FOMO adalah dengan mengakui kekurangan diri. Mengakui bahwa Anda memang tidak memiliki cukup materi untuk bepergian seperti teman-teman dan memposting foto-foto perjalanan. Mengakui bahwa Anda tidak selalu bisa melakukan hal keren seperti orang lain, di mana setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bukankah itu terasa lebih baik?

Mengakui dan menerima kekurangan diri dapat membantu melepaskan kecemasan dan beban dari pundak Anda, sehingga Anda dapat kembali bersyukur dan menikmati setiap hal-hal kecil di dalam hidup, dan dapat berbahagia karena hal-hal kecil tersebut.

Batasi aktivitas di media sosial

Mungkin memang tidak layak untuk menonaktifkan media sosial Anda, mengingat media sosial juga cukup membantu kehidupan sosial dan pertemanan. Namun, belajarlah untuk membatasi aktivitas di media sosial.

Membatasi aktivitas di media sosial adalah salah satu teknik CBT (Cognitive-Behavioral Therapy) yang menyarankan Anda untuk mengatur dan menyisihkan waktu tertentu dalam sehari untuk memeriksa media sosial. Pengaturan waktu ini membuat Anda tidak harus menghabiskan waktu seharian hanya melihat postingan di media sosial.

Menjalani hobi di dunia nyata

Bangun koneksi sosial di dunia nyata, misalnya dengan menjalani hobby dan menemukan komunitas baru di sana. Anda akan mendapatkan kebahagiaan tersendiri ketika bisa bertatap muka langsung, mengobrol, bertukar cerita dan pengalaman dalam bentuk yang positif.

Fokus mensyukuri setiap hal di dalam hidup

Penelitian menunjukkan bahwa terlibat dalam kegiatan yang meningkatkan rasa syukur di dalam diri, seperti membuat jurnal misalnya, dapat meningkatkan semangat Anda. Alih-alih selalu merasa kekurangan, Anda bisa memfokuskan diri pada kelimpahan yang sudah Anda miliki, sehingga Anda merasa menjadi lebih baik dan lebih bahagia.

Writer : Agatha Writer
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 21:47